Memproduksi teks ulasan merupakan kegiatan memberikan ulasan atau resensi atas suatu karya baik film maupun drama. Ulasan disusun sebagai umpan balik dari rasa kritis kita terhadap film atau drama tersebut. Ulasan yang berbentuk teks disebut sebagai teks ulasan. Teks ulasan bertujuan sebagai media melontarkan kritikan secara sopan dan santun terhadap suatu karya. Cara yang paling tepat adalah menyampaikan kritik dengan tutur sapa yang santun, pemilihan kata yang baik, dan pada waktu yang tepat. Permasalahan yang dikritik tentunya harus dikuasai dan sebaiknya ulasan tersebut memberikan solusi terhadap permasalahan yang dikritik.
Teks ulasan adalah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis terhadap sebuah film atau drama. Teks tersebut memuat tanggapan, tinjauan, dan analisis dalam hal ini film dan drama yang berhubungan dengan latar, waktu, tempat, tokoh dan penokohan, bahkan pengambilan gambar pada film dan drama juga turut diperbincangkan. Sebuah film atau drama yang digelar tentu akan mengundang reaksi pro atau kontra dari para penonton. Satu karya berupa film atau drama yang menurut seseorang bagus, belum tentu bagus di mata orang lain. Penilaian bagus-tidaknya sebuah film atau pergelaran drama, dapat dituangkan melalui teks ulasan tersebut.
Pada tulisan ini ulasan yang dibahas adalah mengenai film berjudul Tangkuban Perahu yang dibuat tahun 1982. Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul. Berikut ulasan mengeani film Tangkuban Perahu.
No. | Struktur Teks | Kalimat |
1. | Orientasi 1 | Film Tangkuban Perahu adalah film yang terinspirasi dari legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung. Film ini disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Dalam film ini yang berpemeran sebagai Dayang Sumbi adalah Suzanna, Baun Gazali sebagai Adipati Arya Panjalu, Ratno Timoer sebagai Prabu Sungging Purbangkara, Ryan Hidayat sebagai Jaka Sona, Clift Sangra sebagai Sangkuriang, Ibu Suri Ade Irawan, dan I.M. Damsyik sebagai Arya Medang serta S. Parya sebagai Lengser. |
2. | Tafsiran Isi | Karena malas mengambil teropong benangnya yang jatuh, Dayang Sumbi mengucap: kalau ada yang membantu mengambilkan teropong, akan dijadikan suami. Ternyata Lengser, pegawai kerajaan, yang mengambilkan. Ayah Sumbi, Raja Prabangkara, marah ketika mendengar Sumbi menjadi istri Lengser dan hamil. Lengser menjadi anjing ketika diumpat raja dan Sumbi diusir ke hutan. Sumbi bersama sang anjing, Tumang, bersama membesarkan anak mereka, Jaka Sona. Jaka Sona selalu ditemani Tumang, tetapi ia tidak mengetahui bahwa itu ayahnya. Ketika Sumbi menginginkan hati menjangan, Jaka mencarikannya. Menjangan tak kunjung ia peroleh. Karena kesal, ia menakut-nakuti Tumang. Dengan panah. Panah melesat, Tumang tewas. Ia mengambil dengan paksa hati anjing itu dan diserahkan kepada Sumbi. Ketika mengetahui Tumang tewas, Sumbi marah dan mengusir Jaka. Jaka lalu bernaung di sebuah gua. |
3. | Evaluasi | Pemeran tokoh utama film ini sangat menjiwai perannya, hal itu terlihat dengan adegan-adegan yang diperankannya dengan sangat baik. Begitu pula dengan pemilihan tempatnya sangat sederhana dan menarik serta sesuai dengan perkembangan budaya saat itu. Namun sayangnya, dalam film ini terdapat adegan yang kurang edukatif untuk kalangan bawah umur yang tidak disensor. Selain itu, dalam film ini banyak sekali adegan yang jelas bersifat kriminalitas bersenjata yang dilakukan langsung seperti pembelahan/pemenggalan/pemotongan org*n tubuh. |
4. | Rangkuman | Secara keseluruhan, film Tangkuban Perahu sangat menarik karena ditampilkan dengan mode yang mengandung unsur budaya Indonesia sehingga dapat bersifat informatif bagi para penontonnya untuk lebih mencintai budaya dan saling menghormati antar kalangan untuk perdamaian bersama. |