Ptk ipa smp kelas 8 semester 2 kurikulum 2019 sistem tata surya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Lingkup mikro pendidikan diwujudkan melalui proses berguru mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung edukatif. Melalui proses berguru mengajar inilah akseptor didik akan mengalami proses perkembangan kearah yang lebih baik dan bermakna biar hal tersebut sanggup terwujud maka diharapkan suasana proses berguru mengajar yang aman bagi akseptor didik dalam melampaui tahapan-tahapan berguru secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif (Surya, 1992: 179).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah memperbaiki dan mengubah kurikulum yang dipakai di sekolah. Saat ini diluncurkan Kurikulum 2006 yang menggantikan Kurikulum 2004, padahal belum semua sekolah sanggup melakukan Kurikulum 2004, sudah keluar kurikulum 2019. Akan tetapi apapun jenis dan nama kurikulum yang digunakan, keberhasilan pembelajaran di sekolah bergantung pada implementasinya dalam pembelajaran oleh guru. Guru merupakan faktor yang besar lengan berkuasa sangat besar dalam proses berguru mengajar, bahkan sangat memilih keberhasilan siswa dalam belajar.
Pendidikan yakni proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam forum formal proses reproduksi nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses berguru mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan perilaku ilmiah semenjak dini bagi anak yakni mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam yakni pengetahuan yang rasional dan objektif wacana alam semesta dan segala isinya.
sains merupakan cara mencari tahu wacana alam sekitar secara sistematis untuk mengusai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, proses penemuan, dan mempunyai perilaku ilmiah. Pendidikan sains bermanfaat bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan sains menekankan pada sumbangan pengalaman eksklusif dan acara mudah untuk menyebarkan kompetensi biar siswa memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahakan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga sanggup membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam wacana alam sekitar. Idealnya, pembelajaran sains dipakai sebagai wahana bagi siswa untuk menjadi ilmuwan, terutama siswa Sekolah Dasar. Melalui pembelajaran sains di sekolah siswa dilatih berpikir, membuat konsep ataupun dalil melalui pengamatan, dan percobaan.
Berdasarkan hal tersebut, tergambar terang kiprah yang harus diemban guru-guru di sekolah dasar. Untuk mewujudkan cita-cita pembelajaran di SD yang tertuang di dalam kurikulum, para guru mengemban amanat yang sangat besar. Untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan kurikulum, guru harus bisa menjadi fasilitator dalam pembelajaran Sains, dan bisa membuat pembelajaran yang diubahsuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswanya. Dalam pembelajaran, guru harus sebnyak mungkin melibatkan akseptor didik secara aktif biar siswa bisa bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali banyak sekali potensi, dan kebenaran ilmiah.
Belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi berguru melainkan juga pengetahuan awal siswa. Pengetahuan ini tidak sanggup dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang menyampaikan bahwa berguru merupakan proses penyesuaian terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus ke dalam struktur kognitif. Bila stimulus gres tersebut masuk ke dalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses penyesuaian yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
Guru sebagai ujung tombak yang memilih keberhasilan pendidikan dan pengajaran di sekolah, tampaknya belum sanggup mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa. Sebagian guru masih memakai pembelajaran contoh lama, yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominansi oleh guru melalui metode ceramah dan masih kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses berguru mengajar. Dalam pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana kiprah dalam pembelajaran, bukan menawarkan pengalaman berguru yang bermakna kepada siswanya. Guru pun jarang membuat model pembelajaran sains dengan pengamatan langsung, percobaan, ataupun simulasi. Akibatnya, sains dianggap sebagai pelajaran hafalan. Padahal, pembelajaran sains sanggup menjadi wahana bagi siswa untuk berlatih menjadi ilmuwan, menyebarkan menumbuhkan motivasi, inovasi, dan kreativitas sehingga siswa bisa menghadapi masa depan yang penuh tantangan melalui penguasaan sains. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dihentikan mendominasi pembelajaran di dalam kelas, dengan menganggap siswa tidak mempunyai pengetahuan awal. Siswa dihentikan dicekoki dengan hafalan, melalui transfer hal-hal yang tercantum dalam buku teks. Akan tetapi, siswa harus dilatih berpikir dan membuat konsep menurut pengamatan dan percobaan. Jika siswa memberi infut, guru harus mau menerimanya dan jangan memutus proses eksplorasi berfikir siswa hanya alasannya yakni tidak sesuai dengan buku pegangan. Untuk menjadi ilmuwan ataupun untuk berguru diharapkan independensi berfikir. Oleh alasannya yakni itu, guru seharusnya kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga bisa memenuhi keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.
Dengan demikian terang bahwa tahap berpikir anak usia Sekolah Menengah Pertama harus dikaitkan dengan hal-hal faktual dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya.
Sehubungan dengan hal tersebut metode mengajar yang dipakai oleh guru hendaknya bervariasi sesuai dengan tujuan dan bahan yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi inilah siswa akan begairah dalam berguru secara inovatif dan kreatif. Metode yang dipakai dalam interaksi berguru mengajar merupakan salah satu faktor yang memilih keberhasilan dan kelancaran proses pembelajaran.
Baca Juga : soal ipa smp kelas 9 dan pembahasannya
Baca Juga : soal ipa smp kelas 9 dan pembahasannya
Usaha untuk meningkatkan pemahaman siswa memerlukan metode yang efektif dan efisien. Selain itu, diharapkan pula media pembelajaran yang sempurna sehingga siswa sanggup menguasai kompetensi yang diharapkan. Dalam proses berguru mengajar, media mempunyai kiprah yang sangat penting menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Penerapan metode demonstrasi dengan memakai media audio visual dalam pembelajaran mengenai sistem tata surya diharapkan membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa serta motivasi untuk belajar, juga sanggup mempermudah siswa dalam memahami bahan dan informasi yang disampaikan. Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi dengan memakai media audio visual diharapkan sanggup meningkatkan pemahaman mengenai tata surya pada siswa kelas IX.1
Pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam wacana Tata Surya memperlihatkan hasil berguru yang kurang memuaskan. Sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan berguru minimal yang sudah ditentukan.
http://guruipabanyuasin.blogspot.com
http://guruipabanyuasin.blogspot.com